Pages

information

Monday, November 19, 2018

Cerpen || Lemah karena cinta

LEMAH KARENA CINTA”


Fatmawati, nama yang bagiku sangat indah, seindah ketika aku mengenal sesosok muslimah aktivis rohis kampus yang akrab dipanggil fatma. Siapa yang tak mengenalnya? Namanya begitu akrab ditelinga hamper semua penghuni universitas ternama dikota purwokerto ini. Fatma terkenal karena aktif sebagai mahasiswa yang sering masuk dalam berbagai organisasi dikampusnya, selain itu dia juga aktif sebagai penulis diberbagai media masa baik itu local dan luar daerah. Tulisannya sungguh tajam, senang memberikan motivasi serta menyusupkan kritikan dan saran terhadap sebuah permasalahan, tapi yang luar biasanya lagi ketika di setiap tulisannya selalu ada ide solutif sebagai pertimbangan penyelesaian masalah itu. Dia seringkali memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca dan menulis sebuah cerpen yang banyak mengandung motivasi. Bagi yang hanya mengenal fatma lewat tulisan, pasti menyangka bahwa sosok fatma adalah tegas, keras dan serius. Tapi kenyataannya tidak begitu, justru sebaliknya, fatma dikenal sebagai sosok yang ramah, tak segan memberi senyuman, bahkan tak jarang dia senang bercanda dan sedikit konyol.
Hmm…darimana aku bias tahu dia ya? Aku hanya tak sengaja sering melihatnya di taman depan kampus, saat aku sedang berada di lantai 2 sekedar melihat pemandangan dari atas. Jujur, aku tak ingin melepas pandanganku dari fatma, tapi aku tahu bahwa pandangan ini adalah amanah yang harus kujaga kesuciannya, ketika tak sengaja melihat, aku mengalihkan pandangan dan hanya terdengar sayup-sayup suara fatma bersama akhwat lainnya.
Aku tak tahu sejak kapan nama fatma suka mengusik pikiranku, memang aku termasuk pembaca setia tulisan fatma, entah dari status di facebooknya atau diblognya yang kebetulan masuk dalam link blogku. Atau tak sengaja terlihat diberanda facebook-ku. Kuakui, tulisan serta kata-katanya fatma itu unik, serius tapi mudah untuk dimengerti.Aku juga baru tahu dan menyadarinya, fatma ternyata orangnya puitis juga..hehe, meski aku bukanlah teman yang akrab dengannya, terutama di facebook, jadinya tidak pernah deh kena tag dia:-D. Aku sering membaca tulisan puisinya yang dianggap sebagai intermezzo dikala dia senggang. Ahh…aku bukanlah apa-apa meski hanya sekedar menyapa seorang fatma, aku tak pernah mengenal sosoknya secara langsung karena memmang kami beda fakultas meski satu universitas, bahkan sama-sama aktif di rohis, kami tak pernah saling mengenal, maksudku dia yang tak pernah mengenalku, hanya saja pas ada kegiatan rohis bersama, aku memmang sering bertemu dengannya meski jarak jauh.
hayo lagi ngelamunin apa anjar?” tiba-tiba tepukan ringan mampir kebahuku. Sentak aku kaget,
waalaikumsalam akh nico suka banget sih bikin kaget orang?” balasku dengan sedikit melototkan mata.
eh..lupa. Assalamu’alaikum anjar” kata nico yang akhirnya sadar bahwa dia lupa menyapaku dengan salam.
Aku segera menenangkan pikiran serata menarik nafas pelan, aku tak boleh terlihat aneh seperti ini, apalagi dihadapan ikhwan seperti nico. Maklum saja meskipun kadang sikapnya konyol dan humoris, namun nico over protektif dan sedikit sensitive kepada para ikhwan lainnya, terlebih karena ia adalah seorang ikhwan yang diamanahkan dibidang kaderisasi rohis fakultasku. Jangan sampai nico melihat mimic muka aneh yang muncul dari diriku. Sebagai mahasiswa psikologi, dia bias tahu ada yang tak biasa dari seseorang, bias bias dia akan menginterogasiku sepanjang hari..cape dech:-D batinku.
hei, pertanyaan ane belum dijawab, antum lagi ngapain bengong sendirian? Ajak ajak dong, haha ntar kalo sendirian bias digoda syaitan loh” ucap nico sambil mengambil posisi bersandar dan berhadapan denganku.
ga ngapa-ngapain kok, Cuma lagi focus ajah sama materi kuliah tadi” jawabku berbohong. Aduh..Ya Allah… maafkan aku ya, aku terpaksa berbohong, aku tak mau tahu sampai nico mengetahui keanehan padaku yang aku sendiri tah tahu apa dan kenapa.
owh.. gak usah terlalu dipikrkan akh, woles aja kali, kuliah tuh jangn dibawa berat dan jadi beban. Eh..iya, antum udah baca Koran hari ini? Tulisan ukhfi fatma dimuat lagi, isinya tentang pandangannya pada kasus pencemaran limbah disebuah perusahaan industry besar yang lagi heboh-hebohnya..wuah… kapan yah ane bias seperti dia, memasukkan ide dan dibaca oleh semua orang?” kata nico sambil tersenyum kecil dengan pandangan ke atas dan bawah kampus.
Glekk! Tiba-tiba terasa getaran aneh dihatiku ketika nico menyebut nama fatma. Ohh..Rabbi, apa yang sebenarnya terjadi padaku ini?? Desahku dalam hati. Segera aku mengontrol emosi yang sedang bergejolak dihati. Ingin raasanya aku kabur dari nico, tapi biasanya itu bukan cara yang efektif, nico pasti akan curiga, kan sudah kubilang nico itu orangnya sensitive.a minta ampun..hehe
akhi…akh..hei..haloo…!!” teriakan nico menyadarkan pikiranku yang baru saja melanglang buana tak jelas, aduh…ada apa ini ya Rabb?? Desahku dalam hati “eh..oh..hm..gak papa kok akh, afwan ya, ane mau ke perpustakaan dulu. Oya, ba’da asar syuro follow up mentoring kan? Insya Allah ane dating, dah dulu ya, assalamu’alaikum” sahutku pada nico sembari buru-buru meninggalkannya yang hanya bias menatap kepergianku dengan wajah melongo..kasian juga sih, tapi daripada nanti aku di cecarnya lagi.
Perpustakaan terlihat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa didalamnya, ada yang sedang membaca buku, ada juga yang sambil mengerjakan tugas kuliah dan asik bermain dengan laptopnya..aku berjalan menuju rak buku bagian psikologi, sekalian mencari bahan tyugas makalah. Dan ketika berjalan menuju meja favoritku, yaitu diujung dekat jendela, aku terhenyak, ada sesosok orng yang beberapa hari ini cukup MENGGANGGU ku. Fatma ,yah .. dia sedang duduk dimeja kesukaanku, memang sih masih ada meja lain disana, tapi bagiku posisi meja itu lebih menyenangkan hatiku. Fatma sedang berhadapan dengan laptopnya, entah sedang mengerjakan tugas kuliah atau sedang menulis. Beberapa saat pandanganku tak beralih lagi, dia duduk membelakangiku.
astagfirullah..ayo anjar, jaga pandanganmu!!”jeritku pada hati, buru buru aku menuju meja tempat peminjaman buku, tidak jadi aku menghabiskan waktu siangku ini diperpustakaan. Setelah itu aku menuju ke masjid kampus dan sebentar membuka laptopku. Lumayan jaringan wifi kampus masih terjangkau sampai kemasjid ini. Langsung ku buka browser Mozilla dan YM untuk sekedar mengecek email dan sekalian membuka facebook.
Terlihat di list teman yang online, ada nama “ukhfi fatma sang pejuang pena”, itu adalah nama FB fatma. Jantungku kembali berdebar kencang, sungguh aku tak suka ada rasa ini berkembang dihatiku. Entah apa yang mendorongku untuk melakukan inni, ku pilih nama fatma untuk kuajak chat
assalamu’alaikum’ tulisku dalam chat pertama. Agak lama aku menunggu balasan dari fatma, ahh…aku tahu fatma adalah orang tidak sembarangan bias disapa.
waalaikumsalam” tiba tiba ada balasan chat dari fatma. Aku tersenyum entah apa maknanya
hmm..saya termasuk yang suka tulisan ukhti. Afwan”
ohh..hehe..syukron, semoga saja bermanfaat”
itu pasti, tulisan ukhti selalu menggugah, dan seringkali tidak terlintas di pikiran siapapun, termasuk saya”
oh ya? Itu hasil analisis dan renungan kok..alhamdulilah”
^_^”
afwan, antum ikhwan mana?”
ane ikhwan di bumi Allah, semoga berkenan menjalin ukhuwah dengan ana”
bumi Allah itu kan luas akhi”
ya..pokoknya di bumi Allah lah, jelasnya saya gak akan macam-macam sama ukhti kok,hehe..”
hmm..ya sudah, salam kenal dan ukhuwah. Afwan ana masih ada yang harus dikerjakan. Wassalam”
iya, syukron atas waktunya. Waalaikumsalam”
Entah kenapa sejak obrolan singkat kami via chatting itu, aku semakin memendam perasaan rindu pada fatma. Apalagi dia akhirnya sering men-tag aku di setiap tulisannya, dan tentu saja aku tak pernah absen mengomentari tulisan tersebut sembari memberikan jempolku, karena apapun yang ditulis oleh fatma akan selalu indah dan menejukan hati,terlebih ..hatiku
Dan entah syaitan apa yang telah berhasil merasuki dan mengobrak-abrik hatiku hingga akhirnya keteguhan prinsipku tentang menjaga pandangan baik mata dan hati retak. Aku mulai berani berani menyatakan perasaanku pada fatma lewat sebuah personal message di facebook, ku tuliska semua yang kurasakan padanya, tentang kekagumanku pada sosoknya yang luarbiasa, mulai dari kehebatannya merangkai kata dalam sebuah tulisan hingga kesibukan dakwahnya. Entah apakah malaikat sedang bersamaku saat itu, atau malaikat sudah berusaha menahanku tapi nafsuku berhasil mengalahkannya, entah..jelasnya yang ada dalam pikiranku hanyalah menyatakan perasaanku pada fatma. Tapi sungguh, aku hanya ingin sekedar mengungkapkannya saja tanpa berharap fatma akan mau memberikan jawaban padaku. Aku merasa tak b isa lebih lama lagi menyimpan rasa yang terlanjur hadir dihatiku. Apakah aku salah hanya sekedar mengungkapkan agar beban dihatiku ini sedikit berkurang??


Ukhti fatma……
Semoga anti selalu dalam lindungan Allah…
Afwan jiddan atas apa yang ana lakukan ini. Tapi..ana sudah tak bias menyimpan raasa terlalu lama…ana menyukai anti …lebih dari sekedar suka yang anti terima dan penggemar anti selama ini. Terasa menjadi beban yang teramat berat ketika rasa ini semakin hari semakin tumbuh subur dihati ana. Tapi sungguh ana tidaj berharap jawaban apapun dari anti. Walau andai bias dan boleh, ana ingin sekali menghalalkan perasaan ini dalam sebuah ikatan suci, tapi…ternyata amanah ana masih terlalu banyak, ana harus menyelesaikan kuliah ini dulu, mencari pekerjaan baru ana berani untuk dating kerumah anti dan berbicara pada orangtua anti. Sekali lagi afwan jiddan. Biarlah rasa ini kemudian menjadi endapan dihati, insya Allah.. ana akan jaga hingga waktu itu tiba.
Wassalam. Dwinanjar
Sedikit ragu ku-send pesan itu ke fatma, ada rasa tenang yang menyergap dihati. Apakah ini karena aku sudah mengungkapkan semuanya pada fatma??atau jangan jangan…ini adalah “KETENANGAN” dari syaitan?? Ya..Rabb…maafkan aku..sungguh aku hanya hambaMu yang lemah ketika kau beri aku rasa itu……

No comments:

Post a Comment